Pengalaman berkendara off-road, atau yang sering disebut "terabas", kini semakin populer. Namun, perlu diingat bahwa menjadi off-roader bukan berarti boleh sembarangan menunggangi sepeda motor trail tanpa memperhatikan peralatan dan aturan.
Menurut Ricky Irawan Tim Promosi Yamaha Thamrin, berkendara off-road sangat berbeda terkait riding gear jika dibandingkan dengan berkendara on-road. Hal tersebut karena kondisi jalan dan lingkungan yang sangat berbeda.
”Perlu ada penyesuaian, mulai dari perlengkapan hingga teknik berkendaranya,” imbuh Ricky.
Perlengkapan atau riding gear berkendara off-road tidak sama dengan berkendara on-road, terutama helm dan sepatu. Lalu, apa saja yang perlu disesuaikan? Menurut Ricky ada beberapa hal yang wajib diperhatikan para off-roader saat akan melakukan terabas, yakni:
Jika kita perhatikan, desain helm untuk para pengendara trail bagian depan di area rahang lebih maju. Tak hanya memaksimalkan sirkulasi udara, desain tersebut juga berfungsi untuk meningkatkan perlindungan pada rider.
”Ada jarak lebih luas antara mulut dengan bagian depan helm, sekitar 4 jari. Saat berkendara yang memacu adrenalin dan sulit mengatur nafas, jarak ini memberikan ruang untuk asupan oksigen lebih banyak. Lalu, perlindungan maksimal juga bisa didapatkan jika terjadi benturan pada bagian wajah,” kata Ricky.
Helm spesifikasi off-road juga didesain dengan pad/topi bagian atas lebih panjang. Bagian ini berguna untuk melindungi mata pengendara dari cipratan tanah pengendara lain di depan, atau meminimalisasi risiko saat terdapat benda jatuh dari dataran yang lebih tinggi.
Bobot helm untuk keperluan off-road, terutama untuk kompetisi, juga biasanya lebih ringan. ”Idealnya tidak lebih dari 1 kg. jika terlalu berat, bagian belakang leher akan cepat lelah dan stres, tapi ini berlaku untuk balap motocross. Tidak terlalu masalah untuk kegiatan terabas,” kata Ricky.
Kacamata khusus untuk keperluan berkendara off-road biasanya terpisah, atau tidak menjadi satu bagian dengan helm. Bagian google yang terpisah mencegah pengembunan pada kaca karena nafas yang semakin cepat karena adrenalin pengendara yang meningkat.
Berkendara off-road, menurut Hendrik, tidak disarankan menggunakan kaos, tetapi lebih mempertimbangkan bahan jersey. Saat tubuh berkeringat, bahan pakaian jersey lebih mudah menyerap keringat, tetapi juga cepat kering.
”Kalau kaos, mudah menyerap, tapi sulit kering. Dikhawatirkan, berpotensi memicu masalah pada tubuh jika tubuh dalam kondisi basah dalam jangka waktu lama. Misalnya hipotermia yang ditandai mual, muntah, dan sebagainya,” terangnya.
Sarung tangan dalam hal ini disarankan menggunakan bahan yang halus dan lentur. Hal ini untuk mendukung gerakan tangan yang membutuhkan gerakan cepat saat melintasi medan ekstrem.
Sepatu off-road harus tinggi (menutupi tulang kering dan betis) dan keras/kaku, namun tidak disarankan yang berbahan karet. ”Fungsinya melindungi tulang kering saat terjadi benturan, lalu mencegah kontak langsung dengan leher knalpot. Off-road itu medan yang labil, potensi jatuh akibat kontur jalan yang berubah-ubah sangat tinggi,” kata Ricky.
Perlindungan maksimal jika pengendara menggunakan pelindung yang terpasang pada dada, sikut, dan lutut. Pelindung dada berguna jika terdapat benturan dengan stang kemudi atau benda asing yang terlempar mengarah ke bagian dada.